Kamis, 11 September 2014

Olahraga di Indonesia sebelum merdeka

SEJARAH OLAHRAGA DI INDONESIA SEBELUM MERDEKA bag. 1

Ketika bangsa Belanda untuk pertama kalinya menanamkan kekuasaannya di Indonesia, sejak saat itulah perkembangan bangsa Indonesia hampir dalams semua aek kehidupan di pengaruhi oleh bangsa Belanda. Demikian juga perkembangan dalam aspek keolahragaan, cabang-cabang olahraga yang berkembang adalah cabang olahraga yang dilakukan Belanda, termasuk ketika pada waktu bangsa Jepang menduduki Indonesia. Sementara jenis olahraga pribumi baru berkembang pesat ketika zaman kemerdekaan yang dalam tataran kebijakan dimasukan ke dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara pada jaman orde baru.

Perkembangan lebih lanjut, karena negeri Belanda sendiri berada di Eropa dan berada di bawah pengaruh Perancis, maka secara tidak langsung juga mempengaruhi perkembangan olahraga di Indonesia, sehingga akhirnya kita mengenal ada sistem olahraga Jerman, sistem olahraga Swedia, sistem olahraga Austria, dan juga Jepang. Dengan berkuasanya Belanda di Indonesia, terutama setelah Belanda mempunyai tentara yang banyak dalam rangka mempertahankan eksistensinya di Indonesia, maka kemudian terlihat masuknya olahraga di lingkungan kemiliteran. Meskipun olahraga sendiri sejak jaman Mesir Kuno dan Yunani Kuno sudah mulai menonjol, namun perkembangan di Eropa baru tampak sekitar abad pertengahan, yang kemudian juga menyebar dan berkembang di negeri Belanda, kemudian dibawa pula masuk ke Indonesia. Keolahragaan di Indonesia yang dibawa oleh Belanda sudah barang tentu sesuai dengan keadaan keolahragaan di negeri Belanda itu sendiri. Namun berkat kesadaran bangsa Indonesia akan kebudayaannya, meskipun beberapa tekanan dan paksaan dari pihak penjajah, kebudayaan asli bangsa Indonesia masih tetap dapat dipertahankan.
Sistem perkembangan olahraga di Indonesia pada masa penjajahan dipengaruhi oleh tiga sistem olahraga, yaitu ; sistem olahraga Jerman, sistem olahraga Swedia, dan sistem olahraga Austria. Ketiga akan dibahas sebagai berikut :

1. Sistem Olahraga Jerman
Perkembangan olahraga secara formal pada masa penjajahan diawali ketika pada permulaan abad ke-19, masuk dan berkembangnya sistem keolahragaan Jerman yang diciptakan oleh Johan Friedrich Guts Muhst (1759 – 1835) di negeri Belanda, dan dalam perkembangan selanjutnya masuk pula sistem olahraga Jerman lainnya yang dikembangkan oleh Jahn, Spiess dan Maul ke negeri Belanda.
Sebagai peletak dasar sistem Jerman Guts Muhst membagi latihan-latihan olahraga secara general. Menurutnya ada tiga kaidah penting yang harus di perhatikan, yaitu :
  1. Senam harus menyempurnakan peredaran darah dan memperkuat otot-otot dan syaraf-syaraf.
  2. Senam harus mempunyai faktor atau elemen kesukaran, dan
  3. Senam harus menambah keberanian dan ketangkasan bathin
Oleh karena itu, latihan-latihan olahraga harus juga lebih menantang dan mengandung bahaya. Sedangkan bentuk-bentuk latihan gerak dasar menurut Gust Muhst terdiri dari ; melompat, berlari, melempar, gulat, memanjat, keseimbangan, bermain tali, berenang, dan latihan panca indra.
Salah satu karya Guts Muhst yang terkenal adalah sebuah buku yang berjudul Gymnastic Fur die Jugend. Buku ini secara rinci mengkaji tentang permainan. Menurutnya, secara garis besar permainan mempunyai fungsi utama, yaitu :
  1. Fungsi rekreasi karena habis berlatih
  2. Menambah kegembiraan, kesehatan, dan mengembangkan sifat -sifat sosial.
  3. Memberi kesempatan kepada guru/pelatih untuk mengenal anak asuhnya secara lebih dekat untuk menciptakan suasana persaudaraan antara guru/pelatih dan anak asuhannya.

Ketika sistem Jerman ini masuk ke Belanda, dan Belanda saat itu sedang berkuasa di Indonesia, maka berbagai pengaruh ini mula-mula digunakan Belanda hanya di kalangan militer namun pada gilirannya masuk pula di sekolah-sekolah dan masyarakat Indonesia.

Beberapa pikiran pokok yang penting dalam olahraga sistem Jerman ini antara lain sebagai berikut :
  1. Olahraga sistem Jerman adalah sistem olahraga yang dikembangkan oleh Jahn, Spiess, dan Maul yang ide dasarnya merujuk pada sistem yang dikembangkan oleh Guts Muhst.
  2. Titik tolak kerja sistem Jerman adalah kemungkinan bergerak. Latihan-latihan olahraga yang diberikan kepada anak-anak kurang mengindahkan manfaat gerakan itu terhadap pelakunya. Karena itu, faktor-faktor paedagogis dan psikologis tidak diperhatikan sama sekali. Hal ini disebabkan karena latihan-latihan olahraga menurut sistem ini diciptakan untuk kalangan militer, dan tidak untuk anak-anak sekolah.
  3. Beberapa sifat gerakan pokok yang dapat dilihat pada sistem Jerman ini adalah : (a) latihan-latihan serta aba-abanya bersifat militer, (b) pelaksanaannya menghendaki keseragaman dan persamaan waktu,(c) latihan-latihan ditujukan kepada memperkuat otot-otot, (d) kebanyakan terdiri dari latihan-latihan statis, (d) dalam pelaksanaan latihannya diperlukan alat-alat khusus seperti ; still rings, paralel bars, rechstok dan sebagainya.
  4. Tanda-tanda penting dalam sistem Jerman ini antara lain : (a) Titik pangkalnya adalah latihan itu sendiri yang ditujukan kepada mempelajari gerak-gerak yang disebut latihan out, (b) Kepada yang akan melakukan latihan-latihan, diberikan gambaran dan penjelasan sehingga memudahkan dalam melakukannya, (c) Dalam memberikan latihan-latihan, sudah ada aba-aba pemberitahuan dan aba-aba pelaksanaan, (d) Semua gerakan harus memenuhi syarat-syarat bentuk, arah, dan aturan tertentu, (e)Sikap anggota badan selalu lurus dan arah antara kedua anggota badan (antara lengan kanan dan lengan kiri) selalu harus berjarak 45 derajat atau kelipatannya.
  5. Sistem pelajaran sistem Jerman terdiri atas : (a) Latihan di tempat, (b) Latihan bergerak maju, (c) Latihan dengan perkakas ditambah dengan latihan lompat dan permainan.
Demikianlah pokok-pokok pikiran olahraga sistem Jerman yang berkembang di Indonesia. Jika dicermati, karena sistem ini untuk pertama kalinya di khususkan untuk kalangan militer, maka dilihat dari sudut pendidikan dan ilmu kejiwaan sistem ini kurang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, dalam perkembangannya sistem ini terdesak oleh sistem baru yang berkembang di Swedia dan kemudian disebut sistem Swedia.
 
 


Artikel Terkait:

0 komentar: